Konjen AS Kenakan Batik Motif NU Saat Ziarahi Gus Dur
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O. Blake Jr. mengenakan pakaian batik bermotif mega mendung warna ungu saat mengunjungi Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Kamis, 11 Desember 2014. Adapun Konsul Jenderal Amerika di Surabaya, Joaquin F. Monserrate, yang mendampingi Robert mengenakan batik warna hijau berlambang Nahdlatul Ulama.
Dikutip dari Tempo, Selain bertemu dengan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid, Robert dan Joaquin juga berziarah ke makam KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. "Batik ini saya dapatkan dari seorang kiai NU di Lombok tahun 2013. Sengaja saya pakai saat berkunjung ke sini," kata Joaquin.
Adapun dalam kunjungan ini Blake mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok Gus Dur. Gus Dur, menurut dia, adalah tokoh yang berperan besar dalam memajukan demokrasi dan toleransi khususnya di Indonesia. "Tujuan saya ke sini berziarah dan belajar lebih lanjut mengenai ajaran-ajaran Gus Dur," kata Robert. "Peran Gus Dur sangat besar dalam transisi demokrasi dan menumbuhkan perasaan saling menghargai dan toleransi."
Gus Solah, sapaan Salahuddin, menyambut baik kunjungan Robert. Dia menjelaskan kepada Blake bahwa ajaran Gus Dur bersumber dari ajaran sembilan wali yang menyebarkan Islam di Jawa menggunakan media tradisional dan dialog. "Ajaran ini yang mempengaruhi Islam di pesantren dan yang mempengaruhi Gus Dur," kata Gus Solah.
Selain berziarah ke makam Gus Dur, Blake juga melihat aktivitas belajar para santri. Selain didampingi Joaquin F. Monserrate, Blake dikawal Pejabat Politik dan Ekonomi Konjen Amerika di Surabaya, Joanne I. Cossitt.
Dikutip dari Tempo, Selain bertemu dengan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, KH Salahuddin Wahid, Robert dan Joaquin juga berziarah ke makam KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. "Batik ini saya dapatkan dari seorang kiai NU di Lombok tahun 2013. Sengaja saya pakai saat berkunjung ke sini," kata Joaquin.
Adapun dalam kunjungan ini Blake mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok Gus Dur. Gus Dur, menurut dia, adalah tokoh yang berperan besar dalam memajukan demokrasi dan toleransi khususnya di Indonesia. "Tujuan saya ke sini berziarah dan belajar lebih lanjut mengenai ajaran-ajaran Gus Dur," kata Robert. "Peran Gus Dur sangat besar dalam transisi demokrasi dan menumbuhkan perasaan saling menghargai dan toleransi."
Gus Solah, sapaan Salahuddin, menyambut baik kunjungan Robert. Dia menjelaskan kepada Blake bahwa ajaran Gus Dur bersumber dari ajaran sembilan wali yang menyebarkan Islam di Jawa menggunakan media tradisional dan dialog. "Ajaran ini yang mempengaruhi Islam di pesantren dan yang mempengaruhi Gus Dur," kata Gus Solah.
Selain berziarah ke makam Gus Dur, Blake juga melihat aktivitas belajar para santri. Selain didampingi Joaquin F. Monserrate, Blake dikawal Pejabat Politik dan Ekonomi Konjen Amerika di Surabaya, Joanne I. Cossitt.
Mengenal Canting Batik
Canting batik merupakan alat untuk membuat batik tulis. Hanya dengan cantinglah, batik bisa ditulis. Sedangkan untuk batik cap, menggunakan alat yang berbeda. Namun, semuanya sama, alat untuk membatik.
Siapa yang tak mengenal batik. Kain tradisional yang merupakan warisan turun-temurun semenjak jaman nenek moyang ini merupakan salah satu kebanggaan yang dimiliki oleh Indonesia. Namun, jika berbicara batik, sebagian dari kita terkadang melupakan salah satu unsur penting di dalam pembuatannya. Ya, dalam pembuatan batik tulis, sebuah alat bernama canting memiliki peranan utama sehingga ragam lukisan batik dapat dinikmati dan memiliki nilai seni tinggi.
Canting batik berasal dari bahasa Jawa yang berarti alat untuk melukis batik. Ia adalah alat yang digunakan untuk membuat bahan tulis pada batik. Mudahnya, canting adalah semacam kuas yang digunakan dalam melukis batik. Adapun canting batik sendiri umumnya terbuat dari tembaga dengan pegangan yang terbuat dari bambu dengan bobot ringan. Pada bagian ujung tembaga, terdapat apa yang dinamakan cucuk. Cucuk ini adalah mata pena tempat keluarnya cairan lilin yang digunakan untuk melukis.
Lalu, mengapa para pembatik kerap meniup-niup ujung cucuk ketika sedang bekerja? Ini dimaksudkan agar cairan lilin yang digunakan menjadi dingin sehingga ia dapat lebih lancer keluar. Selain cucuk, dalam canting terdapat pula bagian yang dinamakan nyamplung. Nyamplung terdapat pada bagian tengah canting dan berbentuk oval. Ia memiliki fungsi sebagai penampung cairan lilin yang digunakan.
Nah, adakah yang tahu bahwa sebenarnya canting sendiri memiliki beberapa jenis. Berdasarkan fungsinya, canting batik dibagi menjadi canting rengreng dan canting isen. Rengreng memiliki cucuk tunggal dengan diameter tidak terlalu besar. Fungsinya adalah membuat pola pertama pada kain batik yang hendak dibuat. Sedangkan isen digunakan untuk mengisi bidang alias mengisi pola. Cucuk pada isen ada yang tunggal maupun rangkap.
Di samping itu, ada pula canting yang dibedakan berdasarkan banyaknya cucuk. Ada canting cecekan yang bermata tunggal dan berfungsi membuat titik-titik pada batik. Ada pula canting loron yang bermata dua dan berfungsi untuk membuat garis rangkap. Berturut-turut setelahnya adalah canting telon bermata tiga untuk membuat pola segitiga, canting prapatan bermata empat untuk membuat pola segi empat, canting liman dengan mata canting yang membentuk lingkaran, canting byok yang bermata ganjil untuk membuat lingkaran, dan canting galaran yang memiliki mata berderet dari atas ke bawah.
Berbicara mengenai canting tentu tak ada habisnya. Bahkan ada pula canting yang dibedakan berdasarkan ukurannya. Tentu saja masing-masing ukuran yang dimilikinya tersebut memiliki fungsi-fungsi tersendiri. Pertanyaannya, sebegitu rumitkah tetek bengek percantingan yang dimiliki batik? Jawabannya bisa iya atau tidak. Satu hal yang pasti, segala peralatan yang terlihat banyak tersebut membuktikan betapa seni batik bukanlah seni remeh. Ia, jika ditelaah secara mendalam, memiliki kedalaman dan teknik yang cukup trenggina.
Demikian info menarik tentang canting batik. Semoga bermanfaat.
Siapa yang tak mengenal batik. Kain tradisional yang merupakan warisan turun-temurun semenjak jaman nenek moyang ini merupakan salah satu kebanggaan yang dimiliki oleh Indonesia. Namun, jika berbicara batik, sebagian dari kita terkadang melupakan salah satu unsur penting di dalam pembuatannya. Ya, dalam pembuatan batik tulis, sebuah alat bernama canting memiliki peranan utama sehingga ragam lukisan batik dapat dinikmati dan memiliki nilai seni tinggi.
Canting batik berasal dari bahasa Jawa yang berarti alat untuk melukis batik. Ia adalah alat yang digunakan untuk membuat bahan tulis pada batik. Mudahnya, canting adalah semacam kuas yang digunakan dalam melukis batik. Adapun canting batik sendiri umumnya terbuat dari tembaga dengan pegangan yang terbuat dari bambu dengan bobot ringan. Pada bagian ujung tembaga, terdapat apa yang dinamakan cucuk. Cucuk ini adalah mata pena tempat keluarnya cairan lilin yang digunakan untuk melukis.
Lalu, mengapa para pembatik kerap meniup-niup ujung cucuk ketika sedang bekerja? Ini dimaksudkan agar cairan lilin yang digunakan menjadi dingin sehingga ia dapat lebih lancer keluar. Selain cucuk, dalam canting terdapat pula bagian yang dinamakan nyamplung. Nyamplung terdapat pada bagian tengah canting dan berbentuk oval. Ia memiliki fungsi sebagai penampung cairan lilin yang digunakan.
Nah, adakah yang tahu bahwa sebenarnya canting sendiri memiliki beberapa jenis. Berdasarkan fungsinya, canting batik dibagi menjadi canting rengreng dan canting isen. Rengreng memiliki cucuk tunggal dengan diameter tidak terlalu besar. Fungsinya adalah membuat pola pertama pada kain batik yang hendak dibuat. Sedangkan isen digunakan untuk mengisi bidang alias mengisi pola. Cucuk pada isen ada yang tunggal maupun rangkap.
Di samping itu, ada pula canting yang dibedakan berdasarkan banyaknya cucuk. Ada canting cecekan yang bermata tunggal dan berfungsi membuat titik-titik pada batik. Ada pula canting loron yang bermata dua dan berfungsi untuk membuat garis rangkap. Berturut-turut setelahnya adalah canting telon bermata tiga untuk membuat pola segitiga, canting prapatan bermata empat untuk membuat pola segi empat, canting liman dengan mata canting yang membentuk lingkaran, canting byok yang bermata ganjil untuk membuat lingkaran, dan canting galaran yang memiliki mata berderet dari atas ke bawah.
Berbicara mengenai canting tentu tak ada habisnya. Bahkan ada pula canting yang dibedakan berdasarkan ukurannya. Tentu saja masing-masing ukuran yang dimilikinya tersebut memiliki fungsi-fungsi tersendiri. Pertanyaannya, sebegitu rumitkah tetek bengek percantingan yang dimiliki batik? Jawabannya bisa iya atau tidak. Satu hal yang pasti, segala peralatan yang terlihat banyak tersebut membuktikan betapa seni batik bukanlah seni remeh. Ia, jika ditelaah secara mendalam, memiliki kedalaman dan teknik yang cukup trenggina.
Demikian info menarik tentang canting batik. Semoga bermanfaat.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)