Mengenal Batik Truntum

Truntum adalah salah satu jenis motif batik yang lahir dan diciptakan dari lingkungan keraton jawa sehingga termasuk pada kategori motif larangan.Motif truntum dibentuk berdasarkan inspirasi dari berbagai bentuk sinar bintang (sebagian ada yang pernah menyebutnya dengan bentuk bunga kecil-kecil).

Truntum memang berupa sebentuk citra stilasi iluminasi bintang (barat menyebut bintang sebagai matahari, budaya timur menyebutnya matahari sebagai sumber cahaya; sumber kehidupan). Oleh karena itu truntum adalah motif perlambang kehidupan, keabadian, seperti dikutip dari beritabatik.wordpress.com

Pada zaman dahulu, pembuatan batik yang pada tahap pembatikannya hanya dikerjakan oleh putri-putri dilingkungan kraton dipandang sebagai kegiatan penuh nilai kerokhanian yang memerlukan pemusatan pikiran, kesabaran, dan kebersihan jiwa dengan dilandasi permohonan, petunjuk, dan Rido Tuhan Yang Maha Esa. Itulah sebabnya ragam hias wastra batik senantiasa menyembulkan keindahan abadi dan mengandung nilai-nilai perlambang yang berkait erat dengan latar belakang penciptaan, penggunaan, dan penghargaan yang dimilikinya.

Dalam Forum “Roundtable On Museum Textile” di Washington D.C. pada tahun 1979, K.P.T Hardjonagoro mengisahkan proses penciptaan ragam hias truntum karya Kanjeng Ratu Beruk, permaisuri Sri Susuhunan Paku Buwono III. Dalam kesedihan dan keprihatinan yang sangat dalam karena tidak lagi memperoleh cinta kasih Sri Baginda, Kanjeng Ratu Beruk menciptakan suatu pola batik dengan disertai doa dan permohonan rahmat kepada Sang Pencipta agar Sri Baginda kembali mencintainya. Doa Permaisuri terkabul. Pada suatu hari Sri Susuhunan hadir ditempat permaisuri membatik. Kehadiran Sri Baginda ternyata diikuti oleh kehadiran Sri Baginda pada hari-hari berikutnya. Setelah menyaksikan hasil akhir wastra batik karya permaisuri, Sri Baginda memanggil Kanjeng Ratu Beruk kembali ke Istana. Permaisuri mengabadikan peristiwa “kembali tumbuhnya cinta kasih Sri Baginda” dan “kembali berkumpulnya Sri Baginda-Permaisuri” dangan memberi nama truntum pada ragam hias batik karyanya yang memang belum diberi nama itu. secara harafiah truntum berarti timbul atau berkumpul.

Boleh dibilang motif truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi kembali. Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta.

Sang Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan menghilangkan kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu membuat motif berbentukbintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum, sebagai lambang cinta Raja yang bersemi kembali.

SHARE ON:

Hi, Model Baju Batik hanyalah sebuah blog yang fokus membahas tentang fashion terutama masalah batik.

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar