7 Hal Penting Tentang Sejarah Batik
Di Hari Batik Nasional ini kita coba telusuri perjalanan riwayat batik
di Indonesia. Ada beberapa fakta menarik soal sejarah kain yang berasal
dari gabungan dua kata bahasa Jawa: amba, yang bermakna 'menulis' dan
titik, yang bermakna 'titik'. Seperti dikutip dari infoseputarbatik.blogspot.com berikut fakta menarik soal sejarah batik :
1. Dr. G.P Rouffaer, peneliti di Hindia-Belanda (lihat sumber) berpendapat bahwa teknik membatik kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7.
2. Masih soal opini Rouffaer. Walau ia mengatakan teknik ini hasil adaptasi budaya impor, ia juga menulis pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dan pola tersebut hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting. Akhirnya kesimpulan doktor Belanda ini adalah: canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.
Patut diketahui, tak ada budaya 'orisinil' dalam khasanah sejarah. Namun, pembentukan tradisi baru akan menghasilkan bentukan budaya yang juga 'baru'. Demikian pula pada batik, memang ada asimilasi budaya yang datang ke tanah Jawa. Tapi pada akhirnya, bila benar canting ditemukan oleh masyarakat Jawa, maka batik menjadi budaya baru. Batik adalah milik penduduk kepulauan Nusantara ini.
Hal ini mungkin sejalan dengan opini J.L.A. Brandes, arkeolog Belanda, dan F.A. Sutjipto, sejarawan Indonesia. Mereka percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.
3. Teknik batik menjadi populer berkat tulisan Sir Thomas Stamford Raffles dalam buku History of Java, 1817. Kita tahu, Raffles sempat menjadi Gubernur Inggris di Jawa. Selain batik, Raffles juga menguak Borobudur yang sempat 'hilang'.
Batik juga semakin menarik minat masyarakat barat karena seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel, memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam pada tahun 1873. Maka saat dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
4. Membatik awalnya pekerjaan prestisius kaum perempuan Jawa. Hingga ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke bidang ini.
5. Motif batik banyak sekali variannya saat ini. Namun dari sisi akar budaya yang kuat, pada prinsipnya motif tradisional digunakan oleh keluarga keraton. Hal ini jadi bukti, di masanya batik merupakan tekstil bergengsi. Untuk wilayah 'darat' atau Keraton Yogyakarta dan Surakarta dikenal dengan batik sogan.
Sementara batik Cirebon (mewakili keraton 'pesisir') biasanya bermotif mahluk laut dan pengaruh Tionghoa. Batik pesisir juga memiliki garis maskulin hingga bisa terlihat pada corak "Mega Mendung".
6. Mengenai batik sogan, dinamakan demikian karena pada awal mulanya proses pewarnaan batik ini menggunakan pewarna alami yang diambil dari batang kayu pohon soga tingi.
Batik Sogan memang jenis batik yang identik dengan daerah keraton Jawa yaitu Yogyakarta dan Solo, motifnya pun biasanya mengikuti pakem motif-motif klasik keraton.
Sogan Yogya dan Solo juga dapat dibedakan dari warnanya. Biasanya sogan Yogya dominan berwarna coklat tua-kehitaman dan putih, sedangkan sogan Solo berwarna coklat-oranye dan coklat.
7. Tanggal 2 Oktober 1999 sangat penting karena: Batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO dengan dimasukkan ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi.
1. Dr. G.P Rouffaer, peneliti di Hindia-Belanda (lihat sumber) berpendapat bahwa teknik membatik kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7.
2. Masih soal opini Rouffaer. Walau ia mengatakan teknik ini hasil adaptasi budaya impor, ia juga menulis pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dan pola tersebut hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting. Akhirnya kesimpulan doktor Belanda ini adalah: canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.
Patut diketahui, tak ada budaya 'orisinil' dalam khasanah sejarah. Namun, pembentukan tradisi baru akan menghasilkan bentukan budaya yang juga 'baru'. Demikian pula pada batik, memang ada asimilasi budaya yang datang ke tanah Jawa. Tapi pada akhirnya, bila benar canting ditemukan oleh masyarakat Jawa, maka batik menjadi budaya baru. Batik adalah milik penduduk kepulauan Nusantara ini.
Hal ini mungkin sejalan dengan opini J.L.A. Brandes, arkeolog Belanda, dan F.A. Sutjipto, sejarawan Indonesia. Mereka percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme, tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik.
3. Teknik batik menjadi populer berkat tulisan Sir Thomas Stamford Raffles dalam buku History of Java, 1817. Kita tahu, Raffles sempat menjadi Gubernur Inggris di Jawa. Selain batik, Raffles juga menguak Borobudur yang sempat 'hilang'.
Batik juga semakin menarik minat masyarakat barat karena seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel, memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam pada tahun 1873. Maka saat dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
4. Membatik awalnya pekerjaan prestisius kaum perempuan Jawa. Hingga ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke bidang ini.
5. Motif batik banyak sekali variannya saat ini. Namun dari sisi akar budaya yang kuat, pada prinsipnya motif tradisional digunakan oleh keluarga keraton. Hal ini jadi bukti, di masanya batik merupakan tekstil bergengsi. Untuk wilayah 'darat' atau Keraton Yogyakarta dan Surakarta dikenal dengan batik sogan.
Sementara batik Cirebon (mewakili keraton 'pesisir') biasanya bermotif mahluk laut dan pengaruh Tionghoa. Batik pesisir juga memiliki garis maskulin hingga bisa terlihat pada corak "Mega Mendung".
6. Mengenai batik sogan, dinamakan demikian karena pada awal mulanya proses pewarnaan batik ini menggunakan pewarna alami yang diambil dari batang kayu pohon soga tingi.
Batik Sogan memang jenis batik yang identik dengan daerah keraton Jawa yaitu Yogyakarta dan Solo, motifnya pun biasanya mengikuti pakem motif-motif klasik keraton.
Sogan Yogya dan Solo juga dapat dibedakan dari warnanya. Biasanya sogan Yogya dominan berwarna coklat tua-kehitaman dan putih, sedangkan sogan Solo berwarna coklat-oranye dan coklat.
7. Tanggal 2 Oktober 1999 sangat penting karena: Batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO dengan dimasukkan ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi.
0 comments:
Posting Komentar