Unik, Seni Batik Dalam Keramik Karya Iwan Tirta
Tak ada batasan berkreasi dalam membuat beragam motif keramik, termasuk dengan batik. Di tangan maestro batik Indonesia, Iwan Tirta, keindahan corak batik tradisional Indonesia dieksplorasi dan dituangkan dalam piranti makan keramik yang sangat anggun dan berkelas.
Seperti dikutip dari kompas.com pada seni keramik perdananya ini Iwan menampilkan seni keramik dengan motif batik yang mulai langka, yakni motif Modang dari Yogyakarta dan motif Kupu-Kupu Hokokai dari Pekalongan. Motif Modang adalah salah satu ornamen utama batik Yogyakarta yang dapat ditemukan sebagai ornamen hiasan tepi pada pakaian para bangsawan yang disebut dodot. Motif Modang juga biasa muncul pada ikat kepala laki-laki Jawa.
Ornamen Modang berupa lidah api yang sering disebut juga sebagai cemukiran. Makna motif Modang sering dikaitkan dengan kesaktian dan semangat untuk mendapatkan apa yang diinginkan karena dalam pemakaiannya digambarkan dengan deretan lidah api. Motif ini memang cocok menjadi ragam hias pada benda-benda yang berdimensi tiga, seperti keramik.
Sedangkan motif Hokokai merupakan salah satu motif dari batik pesisiran yang kaya akan motif dan warna. Menurut sejarahnya motif ini diadopsi dari ragam hias dan warna pada pakaian kimono Jepang. Hokokai sendiri dalam bahasa Jepang berarti Himpunan Kebaktian. Motif ini mulai dikenal di Indonesia semasa pemerintahan Jepang di era tahun 1940-an, sebagai bentuk penyesuaian para pengusaha batik kepada penguasa baru saat itu.
Tentang pilihan motif batik pada keramik itu, laki-laki yang namanya sangat lekat dengan batik ini mengatakan, “Motif yang saya tampilkan memang masih terbatas tapi akan menyusul motif lainnya, baik itu motif batik Cirebon, batik Solo, dan masih banyak lagi,” katanya saat pembukaan pameran di Senayan City Jakarta Jumat petang (30/1).
Setelah pameran resmi dibuka oleh Ibu Hj.Mufidah Jusuf Kalla, para tamu undangan yang terdiri dari Duta Besar dan pecinta batik, tampak antusias mengamati keindahan piranti makan yang dipamerkan. Apalagi benda-benda tersebut bukan benda biasa, melainkan sebuah pusaka mahakarya.
Menurut Lydia K.Hendra, direktur utama PT.Pusaka Iwan Tirta, kelebihan dari piranti makan porselen tersebut, selain hanya dibuat dalam edisi terbatas dan dipatenkan oleh maestro batik, juga hanya dibuat 8 set untuk setiap motif. Setiap set juga memiliki nomor seri dan memiliki napas desain yang kuat. “Warna emas untuk tepi dan bagian belakang dining set ini memakai emas,” katanya.
Seluruh keramik yang dipamerkan malam itu pun menurut Lydia sudah habis dipesan para tamu undangan. “Kami masih menyisakan beberapa set untuk disimpan di museum Iwan Tirta dan untuk keperluan road show,” tuturnya.
Seperti dikutip dari kompas.com pada seni keramik perdananya ini Iwan menampilkan seni keramik dengan motif batik yang mulai langka, yakni motif Modang dari Yogyakarta dan motif Kupu-Kupu Hokokai dari Pekalongan. Motif Modang adalah salah satu ornamen utama batik Yogyakarta yang dapat ditemukan sebagai ornamen hiasan tepi pada pakaian para bangsawan yang disebut dodot. Motif Modang juga biasa muncul pada ikat kepala laki-laki Jawa.
Ornamen Modang berupa lidah api yang sering disebut juga sebagai cemukiran. Makna motif Modang sering dikaitkan dengan kesaktian dan semangat untuk mendapatkan apa yang diinginkan karena dalam pemakaiannya digambarkan dengan deretan lidah api. Motif ini memang cocok menjadi ragam hias pada benda-benda yang berdimensi tiga, seperti keramik.
Sedangkan motif Hokokai merupakan salah satu motif dari batik pesisiran yang kaya akan motif dan warna. Menurut sejarahnya motif ini diadopsi dari ragam hias dan warna pada pakaian kimono Jepang. Hokokai sendiri dalam bahasa Jepang berarti Himpunan Kebaktian. Motif ini mulai dikenal di Indonesia semasa pemerintahan Jepang di era tahun 1940-an, sebagai bentuk penyesuaian para pengusaha batik kepada penguasa baru saat itu.
Tentang pilihan motif batik pada keramik itu, laki-laki yang namanya sangat lekat dengan batik ini mengatakan, “Motif yang saya tampilkan memang masih terbatas tapi akan menyusul motif lainnya, baik itu motif batik Cirebon, batik Solo, dan masih banyak lagi,” katanya saat pembukaan pameran di Senayan City Jakarta Jumat petang (30/1).
Setelah pameran resmi dibuka oleh Ibu Hj.Mufidah Jusuf Kalla, para tamu undangan yang terdiri dari Duta Besar dan pecinta batik, tampak antusias mengamati keindahan piranti makan yang dipamerkan. Apalagi benda-benda tersebut bukan benda biasa, melainkan sebuah pusaka mahakarya.
Menurut Lydia K.Hendra, direktur utama PT.Pusaka Iwan Tirta, kelebihan dari piranti makan porselen tersebut, selain hanya dibuat dalam edisi terbatas dan dipatenkan oleh maestro batik, juga hanya dibuat 8 set untuk setiap motif. Setiap set juga memiliki nomor seri dan memiliki napas desain yang kuat. “Warna emas untuk tepi dan bagian belakang dining set ini memakai emas,” katanya.
Seluruh keramik yang dipamerkan malam itu pun menurut Lydia sudah habis dipesan para tamu undangan. “Kami masih menyisakan beberapa set untuk disimpan di museum Iwan Tirta dan untuk keperluan road show,” tuturnya.
0 comments:
Posting Komentar